DUNIA ANAK: Anak Pun Butuh Penghargaan
Dalam Puisi untuk Anak disebutkan "Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Bila
anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai dirinya dan orang-orang di sekelilingnya."
Harga diri dan percaya
diri tampaknya jadi titik pangkal dari sikap dan perilaku anak. Apabila anak tak memiliki keduanya, ia akan malu tampil di
mana dan kapan saja, sehingga dikuatirkan terjebak pada perilaku menyimpang.
Kita tentu
tidak ingin melihat anak seperti itu. Di sinilah sebenarnya peran orangtua,
yaitu membantu memupuk dan menumbuhkembangkan rasa percaya diri dan harga diri anak. Mau tak mau, orangtua perlu melakukan
hal itu secepat mungkin. Kalau terlambat, berbagai persoalan negatif akan menimpa diri anak sepanjang kehidupannya.
Satu
caranya adalah dengan memberi penghargaan kepada anak, khususnya saat melakukan hal baik. Misalnya ketika mendapat nilai bagus,
naik kelas, lulus sekolah, atau pada kesempatan tertentu lainnya.
Penghargaan itu
bisa berupa dukungan moral atau berbentuk material. Dalam bentuk materi, bisa saja berupa alat-alat sekolah, busana, mainan
yang digemari atau apa saja, sepanjang tidak membuat anak jadi malas.
Penghargaan secara moral antara lain berupa pujian yang
diucapkan dengan khusus, misalnya berjabat tanagn, mencium, mengacungkan jempol,
atau mengajak mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Meski kelihatannya tidak berarti, tetapi secara psikologis besar maknanya
bagi perkembangan mental anak kartena mereka akan merasa dihargai. Rasa percaya diri dan harga diri anak akan bertumbuh. Di
sisi lain, dengan cara ini sekaligus berarti orangtua telah melatih anak untuk mengenal adab atau tata krama. Orangtua di
mata anak adalah panutan, karenanya wajar untuk tidak kehabisan akal dalam menumbuhkan rasa percaya dan harga diri anak.
Contoh
lain, minta izin kepada anak bila hendak memakai maupun memindahklan barang-barangnya, juga akan membuat anak punya harga
dir karena hak-hak pribadinya dihormati.
Kritik yang dilakukan orangtua
terhadap anak sebaiknya dilakukan dengan hati-hati, dengan memberi kesempatan kepada anak untuk membela diri atau menjelaskan
kesalahannya. Jika ingin menasihati, mebgkritik, atau memarahi anak, sebaiknya dilakukan dengan sistem dialogis atau komunikasi
dua arah. Memang bukan pekerjaan yang mudah, tapi bisa dilakukan oleh setiap orangtua yang ingin anaknya berkembang dengan
benar.
Dalam 'Ladies Journal' sering dinasihatkan, jangan sampai sekali-kali mencela anak, karena anak justru akan
belajar memaki siapa saja, termasuk terhadap orangtuanya.
Sikap orangtua yang otoriter dan suka mendikte, juga hanya
akan membuat anakmakin kehilangan percaya diri dan harga diri. Pada zaman modern sekarang ini, cara sedemikian rupa tidak
populer lagi dan karenanya tidak dipakai lagi.
Menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri seorang anak juga dapat
dilakukan dengan memberi mereka hak istimewa. Hanya saja, orangtua perlu memilih waktu yang tepat untuk memberikan perlakuan
istimewa itu dan juga tidak dilakukan secara terus menerus.
Saat membelikan sesuatu, pakaian misalnya, sebaiknya anak
diajak dan disuruh memilih sendiri. Ada
baiknya orangtua tidak terlalu intervensi saat anak menjatuhkan pilihannya.
Agar anak merasa menerima perlakuan istimewa,
ada baiknya juga orangtua memberikan fasilitas penunjang yang membanggakan, misalnya disesuaikan dengan hobi si anak. Anak
yang punya hobi senirupa, contohnya, akan mendapat perlakuan istimewa jika di dinding kamar atau ruang belajarnya dipajang
sebuah lukisan yang disukainya.
Setiap kali memberikan perlakuan istimewa, orangtua harus mengiringinya dengan memberikan
petuah nan bijak agar anak tidak menjadi sombong, seperti petuah tentang etika, moral, dan sopan santun.
Agar petuah
dan nasihat itu bisa menyenangkan anak, pola penyampaiannya harus dilakukan dengan seksama. Dari strategi yang ada, pola dialog
dan diskusi akan lebih cepat mencapai sasaran dan tidak membosankan.
Jadi, bila anak dididik dengan perlakuan istimewa
dan penuh persahabatan serta keimanan, maka ia akan belajar menemukan cinta dalam kehidupannya.
Mereka tak harus lagi
mencarinya di luar rumah bersama teman-teman sebaya. Saat remaja, mereka niscaya akan berprinsip: "Sekolah, Yes! Narkoba,
No!"
Ini artinya, hanya orangtua yang hangat dalam membimbing anak akan membuat anaknya tumbuh menjadi manusia yang
berbudi dan berakhlak mulia. (KR, Dunia Anak)
|