Sejak
rencana keberangkatan ke negeri Sakura menemani suami tercinta, segala tetek bengek urusan tinggal di Jepang sudah mulai sesak
memenuhi kepala. Mulai dari ketakutan sulitnya berkomunikasi, karena bahasa Jepang sama sekali baru di telinga pun di mata
dengan huruf-huruf kanji dan huruf khas Jepangnya, sampai kepada lamunan akan merasakan turunnya salju dan indahnya bunga
sakura.
Berbagai cerita dari kerabat pun sejawat, mulai merasuki
pikiran-pikiran tentang Jepang yang serba “automatically”, serba mahalnya barang-barang, serba kakunya orang-orang
Jepang, rasanya yang ada di kepala tentang sebuah Negara bernama Jepang adalah tempat dimana bagi yang udik seperti saya dijamin
akan “melek” dengan segala kecanggihan dan gemerlap serta riuhnya keramaian kota di Jepang.
Setelah kurang
lebih 3 tahun tinggal di Okayama (kota ke-2 terbesar setelah Hiroshima di Jepang bagian Chugoku), rasanya
cukup banyak hal-hal menarik yang dapat dan baru diketahui tentang Jepang yang “sebenarnya”.
Berikut beberapa
point yang dapat dirangkum tentang sekilas gaya hidup di Jepang;
A.
BELANJA
Bagi yang
sudah menetap cukup lama di Jepang, Okayama khususnya, bisa jadi tips dan trik belanja hemat ini sudah banyak
diketahui, antara lain:
l Untuk supermarket (su-pa) yang umumnya tutup pukul 21.00, start pukul
17.00 atau 19.00 semua ikan (fresh) berubah harga menjadi separuh (han gaku) dari harga semula. Selain itu, untuk produk yang
harus terjual habis hari itu, kira-kira 1 jam sebelum supermarket tutup, produk tersebut akan turun harga hingga 50%. Produk
seperti itu antara lain adalah buah-buahan segar dan o-bentou (kemasan makanan matang siap makan).
l Setiap awal tahun baru, banyak toko-toko sale besar-besaran. Ada yg khusus menyediakan lucky bag (dengan total harga
hanya 30% - 70% dari harga asli). Awalnya berisi baju-baju atau mainan atau sepatu, namun sekarang mulai bervariasi dari wisata
kapal pesiar, menginap di hotel, makan malam exclusive sampai pada voucher mobil dan bahkan rumah.
l Setiap pergantian musim, terutama produk baju, selalu ada discount.
Khususnya dari musim “baju tebal” (winter & autumn) ke musim “baju tipis” (summer & spring).
Demikian juga sebaliknya.
l Jangan lupa membuat kartu anggota (point card) untuk berbelanja. Point Card ini biasanya disediakan dan akan ditawarkan di bagian kasir toko atau
mall. Dengan kartu tersebut, bila point kita sudah memenuhi batas yang ditentukan, akan mendapat potongan harga dari total
belanja kita hari itu. Selain itu juga, dengan memiliki point card, ada beberapa produk
tertentu yg mendapat potongan harga.
l Sempatkan terlebih dahulu membaca/melihat pamflet (o shirase) atau
selebaran toko atau bila mungkin bisa diakses lewat internet, tentang sale (discount) produk-produk yang dijual di toko tersebut.
l Alternatif tempat belanja murah bisa didapati di (1) Toko Recycle,
dan (2) Flea Market (furi- ma-ketto) di sekitar tempat tinggal kita. Umumnya semakin
besar Flea Market (FM), semakin bervariasi produk yang dijual (dari yg benar-benar baru sampai yg memang sudah pernah pakai)
dan bervariasi pula harganya (dari yang paling mahal tanpa boleh ditawar sampai yang paling murah pun masih boleh ditawar).
Biasanya pula, semakin mendekati waktu selesainya FM hari itu, harga akan berubah semakin murah.
Perbedaan
dengan barang yg dijual di toko Recycle, di toko ini kita tidak diperkenankan menawar harga. Karena umumnya barang-barang
yang dijual di Recycle shop sudah diperbaiki dan dikemas sedemikian rupa sehingga tampak seperti benar-benar baru.
Selain
2 alternatif tempat belanja murah tersebut di atas, jangan lewatkan juga kesempatan berbelanja di Toko 100 yen. Nyaris semua
kebutuhan rumah tangga sampai kebutuhan kantor/sekolah bisa kita dapatkan di toko ini dengan harga tiap produk hanya 100 yen
saja.
B.
ADAT
KEBIASAAN
Tentang
kebudayaan Jepang yang menarik untuk diceritakan, antara lain:
l Setiap tahun baru, saling mengirim kartu pos ucapan “akemashite omedetou gozaimasu”. Yang juga diartikan sebagai “Lebaran”nya orang-orang Jepang,
saat 1 Januari nyaris jalanan di kota-kota besar di Jepang sekalipun, sepi. Karena semua orang pergi ke Jinja (tempat ibadah)
untuk beribadah ataupun berdiam di rumah sekedar berkumpul bersama anggota keluarga lengkap di rumah. Saat tahun baru ini
pun, biasanya dimanfaatkan untuk mudiknya para pekerja ke daerah asal untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan sanak keluarga.
l Pernikahan a la Jepang.
Orang/kerabat/kenalan
yang akan diundang, benar-benar dibatasi jumlahnya. Itupun undangan disebar jauh-jauh hari sebelum hari pernikahan (bisa sampai
sebulan sebelum hari H), karena tuan rumah menanti “balasan” undangan, apakah si penerima undangan benar-benar
dapat menghadiri acara atau tidak bisa hadir. Sekaligus mencantumkan siapa yg akan hadir (bila dapat hadir) pada upacara pernikahan
nanti.
Hal ini
dimaksudkan agar tuan rumah tidak salah menyediakan jumlah kursi yang akan disiapkan pada hari H, dimana pada kursi-kursi
tersebut dicantumkan nama-nama para undangan yg telah menyatakan siap hadir.
Tidak lupa
juga, para undangan ini nanti akan hadir dengan membawa amplop “angpaw” sekaligus juga mencantumkan nama dan alamat
berikut nilai uang yg ada didalam amplop tersebut.
Pihak keluarga
mempelai harus “mengembalikan” sebesar kurang lebih separuh dari nilai angpaw yang diterimanya. Untuk kemudian
pengembalian tersebut dapat berupa barang atau sekedar makanan khas daerah, sebagai ucapan terimakasih atas kehadirannya pada
undangan pernikahan yang lalu.
(Konfirmasi
kehadiran seperti tersebut di atas, berlaku juga untuk semua jenis undangan yg diterima)
C.
LAIN-LAIN
Hampir
semua pemberitahuan automatically menggunakan suara wanita (rekaman/ telah di set), misalnya pada:
-
mesin ATM,
-
mesin penjualan tiket KA,
-
Elevator,
-
Pemberitahuan di dalam kereta api,
sampai kepada
warning yg berasal dari kendaraan truk besar, agar hati-hati mengendarai sekaligus agar pengendara lain lebih memperhatikan
kemana arah truk besar tersebut akan lewat.