dharma wanita okayama

festival natsu

beranda | dwo | artikel | menu | anggota | figura

Festival Kembang Api (Hanabi Matsuri)

Musim panas di jepang identik dengan Festival kembang api dan semangka.
Di berbagai tempat, mulai ramai diadakan persiapan untukmenyambut festival
tersebut. Toko-toko mulai menjajakan 'Yukata' (kimono sederhana utk musim
panas), yang biasanya akan dikenakan oleh tua - muda, pria - wanita saat
menyaksikan festival kembang api di malam hari.

Festival ini selalu dilakukan di lapangan luas dekat sungai dan tanpa dipungut
bayaran, dengan maksud untuk melepaskan segala lelah di musim panas,
dengan melihat keindahan berbagai macam bentuk kembang api di malam hari.
Para penonton datang dari berbagai tempat. Untuk mendapatkan posisi tempat duduk
'lelesan' yang strategis, beberapa orang rela berdatangan beberapa jam
sebelum acara di mulai ke tempat tersebut.

Para penonton berdatangan secara berkelompok bersama keluarga, rekan kerja
atau berpasangan. Mereka sengaja membawa tikar plastik sebagai alas duduk dan
bekal yang akan dinikmati sambil menyaksikan indahnya kembang api yang
ditampilkan di malam itu.

Berbagai bentuk kembang api ditampilkan secara artistik membuat suasana
malam gelap berubah terang benerang penuh dengan warna-warni membuat
mata terbelalak penuh pesona.

Tetapi penonton perlu kesabaran tinggi saat pulang dari melihat festival kembang api
ini. Stasiun kereta api, yang merupakan tempat transportasi utama di jepang,
akan lebih berdesakan dari biasanya, karena semua orang yang melihat festival tersebut
pulang pada saat bersamaan. Begitupun stasiun yang jaraknya dekat, akan terasa jauh sekali,
karena antrian pejalan kaki yang panjang dari tempat festival kembang api sampai ke stasiun.


Festival Arwah (Obon Matsuri)

Festival Obon bagi orang jepang merupakan salah satu perayaan penting seperti
layaknya tahun baru. Dilaksanakan pada pertengahan July (Western Julian Calender)
atau Agustus (Chinese Lunar Calender), yaitu sekitar tanggal 13 sampai tanggal 15/16.

Festival Obon diambil dari agama Budha, memiliki arti menyambut kedatangan para arwah keluarga yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa di sekitar musim panas para arwah berkunjung ke bumi, oleh karena itu perlu dilakukan penyambutan.

Tidak heran jika pada bulan ini, supermarket atau departemen store mulai ramai menjajakan makanan khusus untuk perayaan Obon (Arwah). Si pembeli akan mempersembahkan makanan tersebut di depan altar abu keluarga yang telah meninggal, sebagai tanda penyambutan arwah, kemudian mereka melakukan doa bersama.

Acara ritual yang biasa dilakukan saat festival Obon adalah melakukan tarian yang disebut Obon Odori (ancentour's soul folk dance), pada malam hari. Mereka percaya bahwa saat melakukan tarian sang arwah pun turut bergembira menari bersama.

Tua, muda, anak-anak, laki, perempuan dengan memakai yukata (summer kimono)pada malam itu berkumpul bersama di suatu lapangan luas, membentuk lingkaran besar, bergembira menarikan Obon Odori. Music pengiring obon odori (tarian arwah) biasanya diletakan di dalam lingkaran tersebut, yang disebut Yagura (standing stage) yaitu berupa tabuh gendang. Obon

Selain tarian Obon Odori, mereka pun biasanya membuat Toro Nagashi (floating paper lantern), yaitu lentera yang didalamnya diberi lilin menyala. Lentera ini kemudian dialirkan ke sungai atau digantungkan di depan kuil, untuk mengantar para arwah pulang ke makamnya masing-masing (Ohaka = family tomb).

Kuil-kuil di hari festival Obon, akan penuh dengan lentera, yang digantungkan oleh para keluarga yang masih hidup. Wangi kemenyan akan merebak di sekitar kuil, seiring dengan banyaknya lentera yang tegantung.

 

(diambil dari fahima.org yg dikirim oleh Lizsa Anggraini)